Selasa, 13 Januari 2015

Pembelajaran Akhlak MI dengan Pendekatan Lingkungan PAKEM

BAB I
PENDAHULUAN

A.       Latar Belakang
Pada saat ini terjadi perubahan paradigma dalam proses pembelajaran. Selama ini yang terjadi dalam proses pembelajaran lebih banyak didominasi oleh guru, dan sekarang paradigma berpikirnya dirubah bahwa yang belajar adalah siswa, sehingga perlu ada aktivitas yang seimbang antara siswa dan guru. Bahkan akan lebih baik lagi, jika siswa lebih banyak aktif dalam pembelajaran. Untuk saat ini di dalam kegiatan belajar mengajar memang diperlukan adanya strategi yang tepat dan sesuai untuk diterapkan. Adapun strategi yang cocok diterapkan dalam pembelajaran yaitu dikenal dengan Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan atau disingkat PAKEM. Jadi model pembelajaran PAKEM ini memungkinkan para siswa untuk mengerjakan beragam kegiatan untuk mengembangkan pemahaman dan keterampilan dengan penekanan belajar sambil bekerja. Sedangkan para pengajar dapat menggunakan berbagai sumber ataupun alat bantu lain termasuk memanfaatkan lingkungan agar proses pembelajaran bisa lebih menarik dan menyenangkan. Pemanfaatan lingkungan sangatlah urgen, karena hal ini bisa berpengaruh pada tingkat keberhasilan dalam pembelajaran terutama dalam model PAKEM ini. Dan model pembelajaran PAKEM bisa diterapkan dalam berbagai mata pelajaran, termasuk dalam pembelajaran Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah (MI).

B.        Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan permasalahan:
1.         Apakah yang dimaksud dengan pendekatan PAKEM  ?
2.         Bagaimanakah deskripsi dari lingkungan Pakem?
3.         Bagaimanakah identifikasi lingkungan belajar dengan pendekatan PAKEM ?
4.         Bagaimana cara memilih lingkungan belajar Akhlaq MI melalui pendekatan PAKEM?
5.         Bagaimana cara menciptakan lingkungan belajar Akhlaq MI sesuai dengan PAKEM?

C.        Tujuan
1.         Agar mahasiswa dapat mengetahui pendekatan PAKEM
2.         Agar mahasiswa dapat mengetahui deskripsi dari lingkungan PAKEM
3.         Agar mahasiswa dapat mengidentifikasikan lingkungan belajar dengan pendekatan PAKEM
4.         Agar mahasiswa mampu memilih lingkungan belajar Akhlaq MI melalui pendekatan PAKEM
5.         Agar mahasiswa mampu menciptakan lingkungan belajar Akhlaq MI sesuai dengan PAKEM









BAB II
PEMBAHASAN

A.     Definisi PAKEM
PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan) adalah sebuah pendekatan (cara umum dalam memandang permasalahan/objek kajian) yang memungkinkan peserta didik mengerjakan kegiatan beragam untuk mengembangkan keterampilan, sikap, dan pemahamannya dengan penekanan belajar sambil bekerja (learning by doing). Sementara, guru menggunakan berbagai sumber dan alat bantu belajar, termasuk pemanfaatan lingkungan, supaya pembelajaran lebih menarik, menyenangkan, dan efektif.
Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran, guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa, sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Belajar memang merupakan suatu proses aktif dari si pembelajar dalam membangun pengetahuannya. Bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan. Peran aktif dari siswa sangatlah penting dalam rangka pembetukan generasi kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain.
Kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam, sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa.
Efektif berarti proses pembelajaran tersebut bermakna bagi siswa. Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika proses pembelajaran tidak efektif, yaitu tidak menghasilkan apa yang harus dikuasai oleh siswa setelah proses pembelajaran berlangsung. Sebab, belajar memiliki sejumlah tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Jika pembelajaran hanya ektif dan menyenangkan , tetapi tidak efektif, maka pembelajaran tersebut tidak ubahnya seperti bermain biasa.
Menyenangkan maksudnya adalah membuat suasana belajar mengajar yang meneyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar dan waktu curah anak pada pembelajaran menjadi (time on task) tinggi. Menurut penelitian, tingginya waktu curah perhatian anak ini terbukti akan meningkatkan hasil belajar.
PAKEM istilahnya memang lahir dari bumi pertiwi tercinta Indonesia. Namun demikian, jika ditelusuri lebih mendalam, sesungguhnya PAKEM lahir dari berbagai pendekatan yang berkembang selama ini, seperti SAL (studen active learning) yang di Indonesia dikenal dengan CBSA (cara belajar siswa aktif).

B.     Deskripsi Lingkungan PAKEM
Dalam pendekatan PAKEM dibutuhkan lingkungan belajar yang kondusif serta dapat menarik perhatian para peserta didik untuk belajar guna mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu lingkungan pembelajaran perlu dimanfaatkan dan di atur sedemikian hingga supaya pembelajaran lebih menarik, menyenangkan, dan efektif. Deskripsi dari lingkungan dalam PAKEM dapat dilihat dari ciri-cirinya yaitu
1.    Multi metode dan multi media
2.    Praktik dan bekerja sama dalam satu tim
3.    Memanfaatkan lingkungan sekitar
4.    Dilakukan di dalam dan di luar kelas
5.    Multi aspek (logika, praktik, dan etika)

Dan gambaran penerapan dari lingkungan PAKEM ini dapat ditunjukkan dengan:
1.         Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat.
2.         Guru menggunakan berbagai alat bantu dan cara membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan dan cocok bagi siswa.
3.         Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih menarik dan menyediakan ‘pojok baca’
4.         Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar kelompok
5.         Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkan siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya.

C.      Definisi Lingkungan Belajar dengan Pendekatan PAKEM
Lingkungan belajar mempunyai peran besar dalam menggerakkan kesadaran belajar dan meningkatkan kualitas pembelajaran yang berlangsung. Menciptakan lingkungan belajar bukan persoalan mudah, karena menarik minat belajar seseorang adalah pekerjaan yang sulit. Dibutuhkan sentuhan kreativitas, progresivitas, dan seni yang tinggi.
1.         Pengertian Lingkungan Belajar
PAKEM membutuhkan lingkungan belajar yang kondusif bagi pembelajaran. Menurut Muhammad Saroni (2006:82-84), lingkungan belajar adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan tempat proses pembelajaran dilaksanakan. Lingkungan ini mencakup dua hal utama, yaitu lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Dalam proses pembelajaran, kedua aspek lingkungan tersebut harus saling mendukung, sehingga siswa merasa betah di sekolah dan mau mengikuti proses pembelajaran secara sadar, bukan karena tekanan ataupun keterpaksaan.
a.        Lingkungan Fisik
Dari uraian di atas, dapat disarikan bahwa lingkungan fisik adalah lingkungan yang ada di sekitar siswa belajar, berupa sarana fisik, baik yang ada di dalam sekolah maupun di sekitar sekolah, termasuk masyarakat. Dalam uraian ini, lingkungan fisik yang dimaksudkan lebih ditekankan pada lingkungan fisik dalam ruang kelas, alat/media belajar yang ada, dan alat/media belajar yang dapat dibuat sendiri/diambil dari lingkungan.

b.        Lingkungan Sosial
Menurut Muhammad Saroni (2006:83), lingkungan sosial berhubungan dengan pola interaksi antarpersonil yang ada di lingkungan sekolah secara umum. Ligkungan sosial yang baik memungkinkan para siswa untuk berinteraksi secara baik, mulai dari siswa dengan siswa, guru dengan siswa, guru dengan guru, guru dengan karyawan, serta secara umum interaksi antarpersonil. Kondisi pembelajaran yang kondusif hanya dapat dicapai jika interaksi sosial ini berlangsung secara baik.
Lingkungan sosial yang kondusif di sini misalnya adanya keakraban yang proporsional antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Alam hal ini, menurut Mulyasa (2006: 210 dan 218), tugas guru adalah memberikan kemudahan belajar kepada siswa, dengan menyediakan berbagai sarana dan sumber belajar yang memadai. Selain itu, guru juga harus mampu menyampaikan materi pembelajaran, baik dalam bentuk hafalan, menciptakan dan mengatur lingkungan belajar terutama di kelas, dan strategi pembelajaran yang memungkinkan siswa belajar.
Oleh karena itu, guru harus bisa membiasakan mengatur peran serta dan tanggung jawab tiap siswa terhadap terciptanya lingkungan fisik kelas yang diharapkan dan suasana lingkungan sosial kelas yang menjadikan proses pembelajaran bagi siswa menjadi bermakna. Dengan terciptanya tanggung jawab bersama antara siswa dan guru, maka kebersamaan akan terbentuk.

2.         Mengatur Lingkungan Belajar
PAKEM membutuhkan sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang mendukung tercapainya tujuannya. Menurut Sapriya (2003:28), ruang kelas yang menarik merupakan hal yang sangat disarankan dalam PAKEM. Oleh karena itu, perlu dilakukan penataan lingkungan belajar (kelas) agar menjadi menarik. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disarikan bahwa lingkungan belajar yang dapat memacu belajar serta daya ingat siswa meliputi:
a.        Lingkungan Sekeliling Kelas
Memahami adanya kaitan antara pandangan sekeliling dengan otak memang sangat penting untuk mengemas lingkungan kelas agar dapat mendukung proses belajar. Guru dapat memanfaatkan kemampuan siswa untuk menyerap informasi melalui kemitraan otak dan mata. Menurut de Potter Bobbi, Reardon Mark, dan Singer Sarah Nuurie (2001:68-69), Pemanfaatan kemampuan siswa tersebut dapat digunakan dengan mengunakan hal-hal berikut:
1.        Poster Ikon (Simbol)
Simbol untuk setiap konsep utama yang diajarkan guru, dapat digambarkan di atas selembar kertas berukurn25 x 40 cm atau lebih. Poster ini dipajang di depan kelas, di atas pandangan mata siswa, untuk memberikan gambar keseluruhan dan tinjauan global dari bahan pelajaran
2.        Poster Afirmasi
Poster Afirmasi adalah poster yang memuat pesan-pesan pembangkit semangat belajar, seperti “aku mampu mempelajarinya” atau “aku menjadi pintar dengan tantang baru”. Poster ini dapat dibuat oleh guru atau siswa (lebih diutamakan), kemudian ditempelkan di dinding kelas setinggi mata orang duduk.
3.        Penggunaan Warna Lain untuk Kata-Kata Penting
Sebaiknya gunakan warna hijau, biru, ungu dan merah untuk kata-kata penting; jingga dan kunin untuk mengarisbawahi,; serta hitam dan putih untuk kata0kata enghubng, seperti “dan”, “sebuah”, “dari”, dan sebagainya.

b.        Pajangan Karya Siswa
Menurut Conny Semaiwan, dkk (1992), suatau kelas yang memiliki pajangan atau pameran hasil karya siswa, baik yang di tempelkan di dinding,diletakkan di rak, meja, atau di tempat-tempat lain dalam kelas, dapat menjadi tempat yang menarik dan memberikan rangsangan bagi para mahsiswa untuk belajar. Suatu kelas yang kosong tanpa pajangan, akan menjadi tempat yang membosankan, gersang, dan tidak mengunggah inspirasi para siswa.
Walaupun begitu, pajangan yag dimaksudkan di sini adalah pajangan yang relevan dengan materi yang sedang dipelajari. Jika pajangan kurang relevan, maka kan kurang bernilai bagi siswa dan hanya merupakan hiasan dinding belaka, oleh karena itu, guru seharusnya rajin untuk memindahkan atau menyimpan pajangan tersebut, dan memasangkan kembali pada waktu lain yang relevan. Pajangan akan bermanfaat jika berhubungan dengan apa yang sedang dipelajari dan merupakan hasil kerja keras para siswa sendiri.
Memajangkan pajangan di kelas adalah bagian dari belajar. Pajangan yang baik akan mendorong siswa untuk membaca dan memanfaatkan pajangan. Apabila mereka sendiri yang membuat pajangan itu, proses belajar tentu lebih terhayati oleh masing-masing siswa. Tiap siswa juga dapat saling belajar dari teman-temannya. Dari penjelasan tersebut, jelaslah bahwa memajang hasil karya siswa mempunya banyak manfaat, antara lain:
1.        untuk membina percaya diri dan memperdalam proses belajar,
2.        mengembangkan kreativitas dan merangsang karya imajinatif,
3.        membangkitkan semangat belajar siswa, karena pajangan menyediakan bahan-bahan yang dapat dilihat untuk dibahas dan dilaporkan, serta
4.        sebagai media untuk memperkenalkan pokok bahasan atau topik baru

c.         Pengelolaan Alat dan Sumber Belajar
Menurut de Potter Bobbi, Reardon Mark, dan Singer Sarah Nuurie (2001:70), alat atau alat bantu adalah benda yang dapat mewakili suatu gagasan. Pendapat ini semakin ditegaskan oleh Indra Djati Sidi (2005:50) yang menyatakan bahwa guru dan siswa dapat menggunakan berbagai sumber dan alat-alat yang sederhana dalam proses pembelajarannya. atas dasar dua pendapat tersebut, maka guru diharapkan dapat memberdayakan alat dan sumber belajar yang ada di sekolah.
Pada dasarnya, alat dan sumber belajar tersebut dapat diperoleh dari sekitar kita sehingga mudah dijangkau. Beberapa contoh alat dan sumber belajar adalah:
1.        manusia ( anak, guru, orang tua, narasumber, dan sebagainya,),
2.        lingkungan (batu-batuan, daun-daunan, biji-bijian, zat cair, hewan dan sebagainya),
3.        kejadian/peristiwa penting (peristiwa olah raga, kesenian dan sebagainya),
4.        Peristiwa alam (banjir gempa, gerhana, hujan, angin puting beliung dan sebagainya)
5.        Barang-barang bekas (koran, botol-botol plastik, dan sebagainya), serta
6.        Barang-barang buatan pabrik.

d.        Pengaturan Tempat Duduk (pengelolaan Siswa)
Cara guru dalam mengatur bangku, memainkan peran penting dalam membangun belajar. Menurut Indra Djati Sidi (2005:150), pengelolaan kegiatan siswa dalam PAKEM lebih bervariasi, termasuk kerja kelompok, kerja perorangan, dan klasikal. Oleh karena itu guru perlu memperhatikan bentuk dan jenis kursi dalam kelas. Guru harus mampu mengatur meja, kursi, alat perga, dan peralatan lain sedemikian hingga, sehingga tidak mengganggu siswa untuk bergerak dan memudahkan guru untuk berinteraksi dan mengamati siswa saat belajar.

e.        Sudut Baca
Dalam kelas yang menggunakan PAKEM, menurut Indra Djati Sidi (2005:44), perlu ada sudut baca, sehingga ruang kelas benar-benar dapat dijadikan sebagai tempat untuk menimba ilmu. Isi sudut baca dapat diperoleh dari kumpulan hasil karya siswa yang terpilih, koleksi referensi yang tidak ada di perpustakaan dan mendukung kegiatan pembelajaran di kelas, dan sebagainya. Untuk mengadakan koleksi isi sudut baca ini, selain koleksi dari hasil karya, dapat juga dari koleksi yang dimiliki siswa yang ada di rumah berdasarkan kesepakatan kelas dan kesadaran bersama dalam kelas.
Dengan adanya sudut baca dalam kelas, maka siswa dapat menyempatkan atau membiasakan membaca di sudut baca tersebut pada waktu-waktu luang atau jam istirahat. Bahkan, hasil karya yang terbaik  untuk jenjang kelas yang sama di tahun sebelumnya, juga dapat dipajang disudut baca, sehingga dapat dijadikan sebagai sumber belajar siswa.

f.          Program Sarapan Pagi
Menurut Indra Djati Sidi (2004:7-8), yang dimaksud dengan program sarapan pagi adalah pemberian pekerjaan awal kepada setiap siswa sebelum jam pelajaran dimulai atau jam awal pelajaran, di mana setiap siswa akan menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan aturan yang dibuat bersama antara siswa dan guru. Program sarapan pagi siswa ini terdiri dari kehadiran siswa, blangko dokumentasi kehadirn, kotak soal, soal-soal dalam amplop, dan konsultasi kecil (tutur sebaya)
Dalam program ini, siswa akan melakukan aktivitas-aktivitas seperti berikut:
1.        memasang jam kedatangan,
2.        mengambil soal dalam kotak soal,
3.        menyerahkan jawaban pada konsultan kecil,
4.        menjawab soal yang diambil,
5.        menulis kedatangan dan soal yang diambil,
6.        konsultan menuliskan nilai, dan
7.        guru membantu konsultan
Dari kegiatan sarapan pagi di atas dapat dideskripsikan bahwa setiap siswa yang datang harus memasang jam kedatangan dengan memutar jarum jam sesuai dengan jam kedatangan, dilanjutkan mengambil soal dalam kotak dan menulis kedatangan kehadiran. Setelah itu, siswa menjawab  soal yang diambil. Bagi siswa yang sudah selesai mengerjakan soal, jawaban soal diserahkan pada konsultan kecil dan konsultan menuliskan nilainya. Nilai ini kemudian diserahkan kepada guru. Di sini, konsultan kecil selain berperan menampung jawaban soal dan menyerahkannya kepada guru, juga berperan sebagai tutor sebaya yang memberi bimbingan kepada siswa lain selama guru belum datang maupun sudah datang. Apabila guru sudah datang, maka ia membantu konsultan kecil dalam membimbing siswa.
Adanya lingkungan ini sangat menentukan efektivitas PAKEM, karena bisa memberikan stimulus positif bagi berjalannya PAKEM. Guru dan siswa sangat terbantu dengan lingkungan belajar seperti di atas.

D.     Memilih Lingkungan Belajar Akhlaq MI dalam Konteks Pendekatan PAKEM
Dalam memilih lingkungan belajar akhlaq MI dalam konteks pendekatan PAKEM, maka yang harus kita perhatikan terlebih dahulu pertama adalah apa yang menjadi karakter atau ciri dari pembelajaran Akhlaq di MI itu. Hal ini akan berbeda dengan pembelajaran umumnya, karena kedudukan pelajaran akhlaq yang berada dalam rumpun pelajaran agama.
Yang dapat dilihat dari karakteristik dari pembelajaran Akhlaq di MI adalah tujuannya menekankan pada perubahan akhlaq/moral dari peserta didik sehingga ia dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari sehingga terbentuklah generasi muslim yang berakhlakul karimah. Jadi yang dapat digaris bawahi adalah dalam hal perubahan akhlaq/moral yang lebih baik dari siswa. Jadi dapat kita gunakan pendekatan PAKEM itu untuk memilih lingkungan belajar Akhlaq di Madrasah Ibtidaiyah/MI yang diarahkan untuk merubah akhlaq/moral dari peserta didik.
Yang kedua, kita perhatikan bagaimana perkembangan agama pada anak-anak usia MI. Menurut penelitian Ernest Harms, perkembangan agama anak mulai memasuki sekolah dasar (MI) ini masuk pada fase The Realistic Stage (tingkatan kenyataan). Pada masa ini ide ke Tuhanan anak sudah mencerminkan konsep-konsep  yang berdasarkan kepada kenyataan (realis). Konsep ini timbul melalui lembaga-lembaga keagamaan  pada anak didasarkan atas dorongan emosional, sehingga mereka dapat melahirkan konsep Tuhan yang formalis. Karena itu pendekatan PAKEM digunakan untuk memilih lingkungan belajar akhlaq diarahkan agar siswa mampu memahami materi akhlaq sesuai dengan tingkat perkembangan agamanya yakni berdasarkan pada kenyataan.

E.      Menciptakan Lingkungan Belajar Akhlak MI Sesuai dengan PAKEM
Untuk menciptakan lingkungan belajar akhlaq dengan pendekatan PAKEM maka yang dapat dilakukan adalah penerapan apa saja yang dapat digunakan dalam lingkungan belajar PAKEM. Dan untuk menciptakannya harus berdasarkan cara memilih lingkungan belajar akhlaq dengan pendekatan PAKEM, maka lingkungan belajar yang dapat diciptakan yaitu meliputi:
1.         Lingkungan Sekeliling Kelas
Dalam hal ini lingkungan sekeliling kelas disetting dan dimanfaatkan untuk meningkatkan kemampuan siswa untuk menyerap informasi tentang materi akhlaq melalui kemitraan otak dan mata. Pemanfaatan tersebut dapat mengunakan hal-hal berikut:
a.        Poster Ikon (Simbol)
Misalnya gambar Ikon tentang menjaga kebersihan dalam bentuk gambar tempat sampah dan sampahnya.
b.        Poster Afirmasi
Misalnya poster yang berisi kata-kata “aku anak sehat, bersih, dan berprestasi” atau hadits tentang kebersihan dengan penggunaan Warna Lain yang menarik untuk Kata-Kata Penting
2.         Pajangan Karya Siswa
Dalam hal ini pajangan karya siswa dimanfaatkan untuk menyampaikan informasi salah satu materi akhlaq misalnya membuat kreasi dari bahan-bahan bekas seperti membuat karya bunga-bunga dan vas nya dengan memanfaatkan botol air minum bekas yang menunjukkan bahwa siswa mampu menjaga kebersihan dan kreatif.
3.         Pengelolaan Alat dan Sumber Belajar
Pada dasarnya, alat dan sumber belajar tersebut dapat diperoleh dari sekitar kita sehingga mudah dijangkau. Beberapa contoh alat dan sumber belajar dalam pembelajaran akhlaq adalah:
Misalnya sumber belajar dari manusia yaitu dengan bertanya kepada guru atau ustadz mengenai akhlak mahmudah dan lain-lain. bisa juga dari peristiwa alam yang terjadi misalnya bencana banjir, siswa dapat mengambil pelajaran dari kejadian tersebut yaitu dengan menjaga lingkungan.
4.         Pengaturan Tempat Duduk (pengelolaan Siswa)
Cara guru dalam mengatur bangku misalnya dalam pembagian kelompok guru tidak membedakan siswa yang lebih pintar dengan siswa yang biasa-biasa saja, guru menggunakan putaran bangku agar siswa yang duduk dibelakang tidak duduk dibelakang terus sehingga siswa kurang menerima pelajaran yang disampaikan.
5.         Sudut Baca
Dalam lingkungan belajar akhlaq sudut baca bisa diterapkan misalnya membuat mind maping tentang sifat terpuji dan sifat tercela serta dapat dilengkapi dengan gambar-gambar yang dapat menarik perhatian siswa dikelas.
6.         Program Sarapan Pagi
Dalam program ini, dapat diterapkan dalam pembelajaran akhlaq untuk melatih kejujuran dan kedisiplinan siswa, maka guru membiasakan siswa dengan melakukan aktivitas-aktivitas seperti berikut:
a.        Memasang jam kedatangan,
b.        Mengambil soal dalam kotak soal,
c.         Menyerahkan jawaban pada konsultan kecil,
d.        Menjawab soal yang diambil,
e.        Menulis kedatangan dan soal yang diambil,
f.          Konsultan menuliskan nilai, dan
g.        Guru membantu konsultan






Daftar Pustaka

Asmani, Jamal Ma’mur. 2013. 7 Tips Aplikasi PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan). Jogjakarta: DIVA Press.
Budimansyah, Dasim, dkk. 2009. PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan). Bandung: PT. Genesindo.
Jalaluddin. 1996. Psikologi Agama. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Tidak ada komentar:

Posting Komentar