BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada saat ini terjadi perubahan paradigma dalam proses pembelajaran. Selama
ini yang terjadi dalam proses pembelajaran lebih banyak didominasi oleh guru,
dan sekarang paradigma berpikirnya dirubah bahwa yang belajar adalah siswa,
sehingga perlu ada aktivitas yang seimbang antara siswa dan guru. Bahkan akan
lebih baik lagi, jika siswa lebih banyak aktif dalam pembelajaran. Untuk saat ini di dalam kegiatan belajar
mengajar memang diperlukan adanya strategi yang tepat dan sesuai untuk
diterapkan. Adapun strategi yang cocok diterapkan dalam pembelajaran yaitu
dikenal dengan Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan atau
disingkat PAKEM. Jadi model pembelajaran PAKEM ini memungkinkan para siswa
untuk mengerjakan beragam kegiatan untuk mengembangkan pemahaman dan
keterampilan dengan penekanan belajar sambil bekerja. Sedangkan para pengajar
dapat menggunakan berbagai sumber ataupun alat bantu lain termasuk memanfaatkan
lingkungan agar proses pembelajaran bisa lebih menarik dan menyenangkan.
Pemanfaatan lingkungan sangatlah urgen, karena hal ini bisa berpengaruh pada
tingkat keberhasilan dalam pembelajaran terutama dalam model PAKEM ini. Dan
model pembelajaran PAKEM bisa diterapkan dalam berbagai mata pelajaran,
termasuk dalam pembelajaran Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah (MI).
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka
dapat dirumuskan permasalahan:
1.
Apakah yang
dimaksud dengan pendekatan PAKEM ?
2.
Bagaimanakah
deskripsi dari lingkungan Pakem?
3.
Bagaimanakah
identifikasi lingkungan belajar dengan pendekatan PAKEM ?
4.
Bagaimana
cara memilih lingkungan belajar Akhlaq MI melalui pendekatan PAKEM?
5.
Bagaimana
cara menciptakan lingkungan belajar Akhlaq MI sesuai dengan PAKEM?
C.
Tujuan
1.
Agar
mahasiswa dapat mengetahui pendekatan PAKEM
2.
Agar
mahasiswa dapat mengetahui deskripsi dari lingkungan PAKEM
3.
Agar
mahasiswa dapat mengidentifikasikan lingkungan belajar dengan pendekatan PAKEM
4.
Agar
mahasiswa mampu memilih lingkungan belajar Akhlaq MI melalui pendekatan PAKEM
5.
Agar
mahasiswa mampu menciptakan lingkungan belajar Akhlaq MI sesuai dengan PAKEM
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi PAKEM
PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan) adalah sebuah
pendekatan (cara umum dalam memandang permasalahan/objek kajian) yang
memungkinkan peserta didik mengerjakan kegiatan beragam untuk mengembangkan
keterampilan, sikap, dan pemahamannya dengan penekanan belajar sambil bekerja (learning
by doing). Sementara, guru menggunakan berbagai sumber dan alat bantu
belajar, termasuk pemanfaatan lingkungan, supaya pembelajaran lebih menarik,
menyenangkan, dan efektif.
Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran, guru harus menciptakan
suasana sedemikian rupa, sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan
mengemukakan gagasan. Belajar memang merupakan suatu proses aktif dari si
pembelajar dalam membangun pengetahuannya. Bukan proses pasif yang hanya
menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan. Peran aktif dari siswa
sangatlah penting dalam rangka pembetukan generasi kreatif, yang mampu
menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain.
Kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam,
sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa.
Efektif berarti proses pembelajaran tersebut bermakna bagi siswa. Keadaan aktif dan
menyenangkan tidaklah cukup jika proses pembelajaran tidak efektif, yaitu tidak
menghasilkan apa yang harus dikuasai oleh siswa setelah proses pembelajaran
berlangsung. Sebab, belajar memiliki sejumlah tujuan pembelajaran yang harus
dicapai. Jika pembelajaran hanya ektif dan menyenangkan , tetapi tidak efektif,
maka pembelajaran tersebut tidak ubahnya seperti bermain biasa.
Menyenangkan maksudnya adalah membuat suasana belajar mengajar yang meneyenangkan
sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar dan waktu
curah anak pada pembelajaran menjadi (time on task) tinggi. Menurut
penelitian, tingginya waktu curah perhatian anak ini terbukti akan meningkatkan
hasil belajar.
PAKEM istilahnya memang lahir dari bumi pertiwi tercinta Indonesia. Namun
demikian, jika ditelusuri lebih mendalam, sesungguhnya PAKEM lahir dari
berbagai pendekatan yang berkembang selama ini, seperti SAL (studen active
learning) yang di Indonesia dikenal dengan CBSA (cara belajar siswa aktif).
B. Deskripsi Lingkungan
PAKEM
Dalam pendekatan PAKEM dibutuhkan lingkungan belajar yang kondusif serta
dapat menarik perhatian para peserta didik untuk belajar guna mencapai tujuan
pembelajaran. Oleh karena itu lingkungan pembelajaran perlu dimanfaatkan dan di
atur sedemikian hingga supaya pembelajaran lebih menarik, menyenangkan, dan
efektif. Deskripsi dari lingkungan dalam PAKEM dapat dilihat dari ciri-cirinya
yaitu
1.
Multi metode dan multi media
2.
Praktik dan bekerja sama dalam satu tim
3.
Memanfaatkan lingkungan sekitar
4.
Dilakukan di dalam dan di luar kelas
5.
Multi aspek (logika, praktik, dan etika)
Dan gambaran penerapan dari lingkungan PAKEM ini dapat ditunjukkan dengan:
1.
Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan
kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat.
2.
Guru menggunakan berbagai alat bantu dan cara membangkitkan semangat,
termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan
pembelajaran menarik, menyenangkan dan cocok bagi siswa.
3.
Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih
menarik dan menyediakan ‘pojok baca’
4.
Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk
cara belajar kelompok
5.
Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu
masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkan siswa dalam menciptakan
lingkungan sekolahnya.
C.
Definisi
Lingkungan Belajar dengan Pendekatan PAKEM
Lingkungan belajar mempunyai peran besar
dalam menggerakkan kesadaran belajar dan meningkatkan kualitas pembelajaran
yang berlangsung. Menciptakan lingkungan belajar bukan persoalan mudah, karena
menarik minat belajar seseorang adalah pekerjaan yang sulit. Dibutuhkan
sentuhan kreativitas, progresivitas, dan seni yang tinggi.
1.
Pengertian
Lingkungan Belajar
PAKEM
membutuhkan lingkungan belajar yang kondusif bagi pembelajaran. Menurut
Muhammad Saroni (2006:82-84), lingkungan belajar adalah segala sesuatu yang
berhubungan dengan tempat proses pembelajaran dilaksanakan. Lingkungan ini
mencakup dua hal utama, yaitu lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Dalam
proses pembelajaran, kedua aspek lingkungan tersebut harus saling mendukung,
sehingga siswa merasa betah di sekolah dan mau mengikuti proses pembelajaran
secara sadar, bukan karena tekanan ataupun keterpaksaan.
a.
Lingkungan
Fisik
Dari uraian di atas, dapat disarikan bahwa
lingkungan fisik adalah lingkungan yang ada di sekitar siswa belajar, berupa
sarana fisik, baik yang ada di dalam sekolah maupun di sekitar sekolah,
termasuk masyarakat. Dalam uraian ini, lingkungan fisik yang dimaksudkan lebih
ditekankan pada lingkungan fisik dalam ruang kelas, alat/media belajar yang
ada, dan alat/media belajar yang dapat dibuat sendiri/diambil dari lingkungan.
b.
Lingkungan
Sosial
Menurut
Muhammad Saroni (2006:83), lingkungan sosial berhubungan dengan pola interaksi
antarpersonil yang ada di lingkungan sekolah secara umum. Ligkungan sosial yang
baik memungkinkan para siswa untuk berinteraksi secara baik, mulai dari siswa
dengan siswa, guru dengan siswa, guru dengan guru, guru dengan karyawan, serta
secara umum interaksi antarpersonil. Kondisi pembelajaran yang kondusif hanya
dapat dicapai jika interaksi sosial ini berlangsung secara baik.
Lingkungan
sosial yang kondusif di sini misalnya adanya keakraban yang proporsional antara
guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Alam hal ini, menurut Mulyasa (2006:
210 dan 218), tugas guru adalah memberikan kemudahan belajar kepada siswa,
dengan menyediakan berbagai sarana dan sumber belajar yang memadai. Selain itu,
guru juga harus mampu menyampaikan materi pembelajaran, baik dalam bentuk
hafalan, menciptakan dan mengatur lingkungan belajar terutama di kelas, dan
strategi pembelajaran yang memungkinkan siswa belajar.
Oleh karena
itu, guru harus bisa membiasakan mengatur peran serta dan tanggung jawab tiap
siswa terhadap terciptanya lingkungan fisik kelas yang diharapkan dan suasana
lingkungan sosial kelas yang menjadikan proses pembelajaran bagi siswa menjadi
bermakna. Dengan terciptanya tanggung jawab bersama antara siswa dan guru, maka
kebersamaan akan terbentuk.
2.
Mengatur
Lingkungan Belajar
PAKEM
membutuhkan sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang mendukung tercapainya
tujuannya. Menurut Sapriya (2003:28), ruang kelas yang menarik merupakan hal
yang sangat disarankan dalam PAKEM. Oleh karena itu, perlu dilakukan penataan
lingkungan belajar (kelas) agar menjadi menarik. Berdasarkan uraian di atas,
maka dapat disarikan bahwa lingkungan belajar yang dapat memacu belajar serta
daya ingat siswa meliputi:
a.
Lingkungan
Sekeliling Kelas
Memahami
adanya kaitan antara pandangan sekeliling dengan otak memang sangat penting
untuk mengemas lingkungan kelas agar dapat mendukung proses belajar. Guru dapat
memanfaatkan kemampuan siswa untuk menyerap informasi melalui kemitraan otak
dan mata. Menurut de Potter Bobbi, Reardon Mark, dan Singer Sarah Nuurie
(2001:68-69), Pemanfaatan kemampuan siswa tersebut dapat digunakan dengan mengunakan
hal-hal berikut:
1.
Poster Ikon
(Simbol)
Simbol untuk setiap konsep utama yang
diajarkan guru, dapat digambarkan di atas selembar kertas berukurn25 x 40 cm
atau lebih. Poster ini dipajang di depan kelas, di atas pandangan mata siswa,
untuk memberikan gambar keseluruhan dan tinjauan global dari bahan pelajaran
2.
Poster
Afirmasi
Poster Afirmasi adalah poster yang memuat
pesan-pesan pembangkit semangat belajar, seperti “aku mampu mempelajarinya”
atau “aku menjadi pintar dengan tantang baru”. Poster ini dapat dibuat oleh
guru atau siswa (lebih diutamakan), kemudian ditempelkan di dinding kelas
setinggi mata orang duduk.
3.
Penggunaan
Warna Lain untuk Kata-Kata Penting
Sebaiknya gunakan warna hijau, biru, ungu
dan merah untuk kata-kata penting; jingga dan kunin untuk mengarisbawahi,;
serta hitam dan putih untuk kata0kata enghubng, seperti “dan”, “sebuah”,
“dari”, dan sebagainya.
b.
Pajangan
Karya Siswa
Menurut Conny
Semaiwan, dkk (1992), suatau kelas yang memiliki pajangan atau pameran hasil
karya siswa, baik yang di tempelkan di dinding,diletakkan di rak, meja, atau di
tempat-tempat lain dalam kelas, dapat menjadi tempat yang menarik dan
memberikan rangsangan bagi para mahsiswa untuk belajar. Suatu kelas yang kosong
tanpa pajangan, akan menjadi tempat yang membosankan, gersang, dan tidak
mengunggah inspirasi para siswa.
Walaupun
begitu, pajangan yag dimaksudkan di sini adalah pajangan yang relevan dengan
materi yang sedang dipelajari. Jika pajangan kurang relevan, maka kan kurang
bernilai bagi siswa dan hanya merupakan hiasan dinding belaka, oleh karena itu,
guru seharusnya rajin untuk memindahkan atau menyimpan pajangan tersebut, dan
memasangkan kembali pada waktu lain yang relevan. Pajangan akan bermanfaat jika
berhubungan dengan apa yang sedang dipelajari dan merupakan hasil kerja keras
para siswa sendiri.
Memajangkan
pajangan di kelas adalah bagian dari belajar. Pajangan yang baik akan mendorong
siswa untuk membaca dan memanfaatkan pajangan. Apabila mereka sendiri yang
membuat pajangan itu, proses belajar tentu lebih terhayati oleh masing-masing
siswa. Tiap siswa juga dapat saling belajar dari teman-temannya. Dari
penjelasan tersebut, jelaslah bahwa memajang hasil karya siswa mempunya banyak
manfaat, antara lain:
1.
untuk membina
percaya diri dan memperdalam proses belajar,
2.
mengembangkan
kreativitas dan merangsang karya imajinatif,
3.
membangkitkan
semangat belajar siswa, karena pajangan menyediakan bahan-bahan yang dapat
dilihat untuk dibahas dan dilaporkan, serta
4.
sebagai media
untuk memperkenalkan pokok bahasan atau topik baru
c.
Pengelolaan
Alat dan Sumber Belajar
Menurut de
Potter Bobbi, Reardon Mark, dan Singer Sarah Nuurie (2001:70), alat atau alat
bantu adalah benda yang dapat mewakili suatu gagasan. Pendapat ini semakin
ditegaskan oleh Indra Djati Sidi (2005:50) yang menyatakan bahwa guru dan siswa
dapat menggunakan berbagai sumber dan alat-alat yang sederhana dalam proses
pembelajarannya. atas dasar dua pendapat tersebut, maka guru diharapkan dapat
memberdayakan alat dan sumber belajar yang ada di sekolah.
Pada
dasarnya, alat dan sumber belajar tersebut dapat diperoleh dari sekitar kita
sehingga mudah dijangkau. Beberapa contoh alat dan sumber belajar adalah:
1.
manusia (
anak, guru, orang tua, narasumber, dan sebagainya,),
2.
lingkungan
(batu-batuan, daun-daunan, biji-bijian, zat cair, hewan dan sebagainya),
3.
kejadian/peristiwa
penting (peristiwa olah raga, kesenian dan sebagainya),
4.
Peristiwa
alam (banjir gempa, gerhana, hujan, angin puting beliung dan sebagainya)
5.
Barang-barang
bekas (koran, botol-botol plastik, dan sebagainya), serta
6.
Barang-barang
buatan pabrik.
d.
Pengaturan
Tempat Duduk (pengelolaan Siswa)
Cara guru
dalam mengatur bangku, memainkan peran penting dalam membangun belajar. Menurut
Indra Djati Sidi (2005:150), pengelolaan kegiatan siswa dalam PAKEM lebih
bervariasi, termasuk kerja kelompok, kerja perorangan, dan klasikal. Oleh
karena itu guru perlu memperhatikan bentuk dan jenis kursi dalam kelas. Guru
harus mampu mengatur meja, kursi, alat perga, dan peralatan lain sedemikian
hingga, sehingga tidak mengganggu siswa untuk bergerak dan memudahkan guru
untuk berinteraksi dan mengamati siswa saat belajar.
e.
Sudut Baca
Dalam kelas
yang menggunakan PAKEM, menurut Indra Djati Sidi (2005:44), perlu ada sudut baca,
sehingga ruang kelas benar-benar dapat dijadikan sebagai tempat untuk menimba
ilmu. Isi sudut baca dapat diperoleh dari kumpulan hasil karya siswa yang
terpilih, koleksi referensi yang tidak ada di perpustakaan dan mendukung
kegiatan pembelajaran di kelas, dan sebagainya. Untuk mengadakan koleksi isi
sudut baca ini, selain koleksi dari hasil karya, dapat juga dari koleksi yang
dimiliki siswa yang ada di rumah berdasarkan kesepakatan kelas dan kesadaran
bersama dalam kelas.
Dengan adanya
sudut baca dalam kelas, maka siswa dapat menyempatkan atau membiasakan membaca
di sudut baca tersebut pada waktu-waktu luang atau jam istirahat. Bahkan, hasil
karya yang terbaik untuk jenjang kelas yang sama di tahun sebelumnya,
juga dapat dipajang disudut baca, sehingga dapat dijadikan sebagai sumber
belajar siswa.
f.
Program
Sarapan Pagi
Menurut Indra
Djati Sidi (2004:7-8), yang dimaksud dengan program sarapan pagi adalah
pemberian pekerjaan awal kepada setiap siswa sebelum jam pelajaran dimulai atau
jam awal pelajaran, di mana setiap siswa akan menyelesaikan pekerjaan sesuai
dengan aturan yang dibuat bersama antara siswa dan guru. Program sarapan pagi
siswa ini terdiri dari kehadiran siswa, blangko dokumentasi kehadirn, kotak
soal, soal-soal dalam amplop, dan konsultasi kecil (tutur sebaya)
Dalam program
ini, siswa akan melakukan aktivitas-aktivitas seperti berikut:
1.
memasang jam
kedatangan,
2.
mengambil
soal dalam kotak soal,
3.
menyerahkan
jawaban pada konsultan kecil,
4.
menjawab soal
yang diambil,
5.
menulis
kedatangan dan soal yang diambil,
6.
konsultan
menuliskan nilai, dan
7.
guru membantu
konsultan
Dari kegiatan
sarapan pagi di atas dapat dideskripsikan bahwa setiap siswa yang datang harus
memasang jam kedatangan dengan memutar jarum jam sesuai dengan jam kedatangan,
dilanjutkan mengambil soal dalam kotak dan menulis kedatangan kehadiran.
Setelah itu, siswa menjawab soal yang diambil. Bagi siswa yang sudah
selesai mengerjakan soal, jawaban soal diserahkan pada konsultan kecil dan
konsultan menuliskan nilainya. Nilai ini kemudian diserahkan kepada guru. Di
sini, konsultan kecil selain berperan menampung jawaban soal dan menyerahkannya
kepada guru, juga berperan sebagai tutor sebaya yang memberi bimbingan kepada
siswa lain selama guru belum datang maupun sudah datang. Apabila guru sudah
datang, maka ia membantu konsultan kecil dalam membimbing siswa.
Adanya
lingkungan ini sangat menentukan efektivitas PAKEM, karena bisa memberikan
stimulus positif bagi berjalannya PAKEM. Guru dan siswa sangat terbantu dengan
lingkungan belajar seperti di atas.
D.
Memilih
Lingkungan Belajar Akhlaq MI dalam Konteks Pendekatan PAKEM
Dalam memilih
lingkungan belajar akhlaq MI dalam konteks pendekatan PAKEM, maka yang harus
kita perhatikan terlebih dahulu pertama adalah apa yang menjadi karakter atau
ciri dari pembelajaran Akhlaq di MI itu. Hal ini akan berbeda dengan
pembelajaran umumnya, karena kedudukan pelajaran akhlaq yang berada dalam
rumpun pelajaran agama.
Yang dapat
dilihat dari karakteristik dari pembelajaran Akhlaq di MI adalah tujuannya
menekankan pada perubahan akhlaq/moral dari peserta didik sehingga ia dapat
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari sehingga terbentuklah generasi muslim
yang berakhlakul karimah. Jadi yang dapat digaris bawahi adalah dalam hal
perubahan akhlaq/moral yang lebih baik dari siswa. Jadi dapat kita gunakan
pendekatan PAKEM itu untuk memilih lingkungan belajar Akhlaq di Madrasah
Ibtidaiyah/MI yang diarahkan untuk merubah akhlaq/moral dari peserta didik.
Yang kedua,
kita perhatikan bagaimana perkembangan agama pada anak-anak usia MI. Menurut
penelitian Ernest Harms, perkembangan agama anak mulai memasuki sekolah dasar
(MI) ini masuk pada fase The Realistic Stage (tingkatan kenyataan). Pada
masa ini ide ke Tuhanan anak sudah mencerminkan konsep-konsep yang
berdasarkan kepada kenyataan (realis). Konsep ini timbul melalui
lembaga-lembaga keagamaan pada anak didasarkan atas dorongan emosional,
sehingga mereka dapat melahirkan konsep Tuhan yang formalis. Karena itu
pendekatan PAKEM digunakan untuk memilih lingkungan belajar akhlaq diarahkan
agar siswa mampu memahami materi akhlaq sesuai dengan tingkat perkembangan
agamanya yakni berdasarkan pada kenyataan.
E.
Menciptakan
Lingkungan Belajar Akhlak MI Sesuai dengan PAKEM
Untuk
menciptakan lingkungan belajar akhlaq dengan pendekatan PAKEM maka yang dapat
dilakukan adalah penerapan apa saja yang dapat digunakan dalam lingkungan
belajar PAKEM. Dan untuk menciptakannya harus berdasarkan cara memilih
lingkungan belajar akhlaq dengan pendekatan PAKEM, maka lingkungan belajar yang
dapat diciptakan yaitu meliputi:
1.
Lingkungan
Sekeliling Kelas
Dalam hal ini
lingkungan sekeliling kelas disetting dan dimanfaatkan untuk meningkatkan
kemampuan siswa untuk menyerap informasi tentang materi akhlaq melalui
kemitraan otak dan mata. Pemanfaatan tersebut dapat mengunakan hal-hal berikut:
a.
Poster Ikon
(Simbol)
Misalnya gambar Ikon tentang menjaga
kebersihan dalam bentuk gambar tempat sampah dan sampahnya.
b.
Poster
Afirmasi
Misalnya poster yang berisi kata-kata “aku
anak sehat, bersih, dan berprestasi” atau hadits tentang kebersihan dengan
penggunaan Warna Lain yang menarik untuk Kata-Kata Penting
2.
Pajangan
Karya Siswa
Dalam hal ini
pajangan karya siswa dimanfaatkan untuk menyampaikan informasi salah satu
materi akhlaq misalnya membuat kreasi dari bahan-bahan bekas seperti membuat
karya bunga-bunga dan vas nya dengan memanfaatkan botol air minum bekas yang
menunjukkan bahwa siswa mampu menjaga kebersihan dan kreatif.
3.
Pengelolaan
Alat dan Sumber Belajar
Pada
dasarnya, alat dan sumber belajar tersebut dapat diperoleh dari sekitar kita
sehingga mudah dijangkau. Beberapa contoh alat dan sumber belajar dalam
pembelajaran akhlaq adalah:
Misalnya
sumber belajar dari manusia yaitu dengan bertanya kepada guru atau ustadz
mengenai akhlak mahmudah dan lain-lain. bisa juga dari peristiwa alam yang
terjadi misalnya bencana banjir, siswa dapat mengambil pelajaran dari kejadian
tersebut yaitu dengan menjaga lingkungan.
4.
Pengaturan
Tempat Duduk (pengelolaan Siswa)
Cara guru
dalam mengatur bangku misalnya dalam pembagian kelompok guru tidak membedakan
siswa yang lebih pintar dengan siswa yang biasa-biasa saja, guru menggunakan
putaran bangku agar siswa yang duduk dibelakang tidak duduk dibelakang terus
sehingga siswa kurang menerima pelajaran yang disampaikan.
5.
Sudut Baca
Dalam
lingkungan belajar akhlaq sudut baca bisa diterapkan misalnya membuat mind
maping tentang sifat terpuji dan sifat tercela serta dapat dilengkapi dengan
gambar-gambar yang dapat menarik perhatian siswa dikelas.
6.
Program
Sarapan Pagi
Dalam program
ini, dapat diterapkan dalam pembelajaran akhlaq untuk melatih kejujuran dan
kedisiplinan siswa, maka guru membiasakan siswa dengan melakukan
aktivitas-aktivitas seperti berikut:
a.
Memasang jam kedatangan,
b.
Mengambil soal dalam kotak soal,
c.
Menyerahkan jawaban pada konsultan kecil,
d.
Menjawab soal yang diambil,
e.
Menulis kedatangan dan soal yang diambil,
f.
Konsultan menuliskan nilai, dan
g.
Guru membantu konsultan
Daftar Pustaka
Asmani, Jamal
Ma’mur. 2013. 7 Tips Aplikasi PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif,
dan Menyenangkan). Jogjakarta: DIVA Press.
Budimansyah,
Dasim, dkk. 2009. PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan
Menyenangkan). Bandung: PT. Genesindo.
Jalaluddin.
1996. Psikologi Agama. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Tidak ada komentar:
Posting Komentar